Shariah 4 the world

Aurat mu adalah harga dirimu ya ukhti

ukhti renungkanlah
Ketika ilmu mengenai agama Islam yang haq dan lurus ini belum sampai ke diri setiap perempuan muslimah. Ketika aurat serta perhiasan yang menjadikan indah setiap perempuan muslimah dimata para lelaki, ditampakkan secara sukarela. Ketika setiap peringatan dan nasehat diabaikan dengan acuh tak acuh serta dicemooh karena “fanatik dan ekstrimis”. 

Pada saat itulah, kenikmatan yang Allah Ta’ala berikan pada setiap perempuan muslimah yang menjadi terasing karena ujian dalam kehidupan, tidak akan pernah bisa dirasakan oleh perempuan muslimah lainnya.
Ketika musuh-musuh Islam, termasuklah kaum feminis, kaum liberal, tiada henti-hentinya melakukan berbagai usaha untuk menjauhkan perempuan muslimah dari agama Islam ini. Ketika mereka dengan tanpa perasaan bersalah mengatakan “Islam itu mengekang perempuan, Islam itu merupakan penjara bagi perempuan, dan sebagainya”. Mereka juga mengatakan “perempuan muslimah yang menggunakan hijab berjubah besar itu sesat, fanatik, dan sebagainya.”
Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang menertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang yang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang yang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mukmin, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat’.” (al-Muthaffifin [83] : 29-32)
Sungguh, tak pernahkah terpikir di benak kita untuk berpikir atas suatu peringatan yang telah datang kepada kita? Apalagi jika peringatan itu datangnya dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wahai saudara perempuanku, Allah Ta’ala telah berfirman :
Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantaramu, Maka apakah kamu tidak memikirkan ?” (Yaasiin [36] : 62)
Ya Ukhti, Allah Ta’ala sesungguhnya yang telah mengingatkan kita. Jikalau ada mereka yang mengingatkan akan kesalahan pada diri kita, dan kita belum menyadari kesalahan tersebut karena belum sampainya ilmu pada diri kita, mengapa kita tidak mencoba untuk berkhuznudzon? Mengapa kita tidak mencoba untuk kembali introspeksi diri atau muhasabah diri? Mengapa justru kita yang menyalahkan bahkan mencemoohkan mereka? Astaghfirullah!
Ya Ukhti, inilah jalan lurus yang telah Allah tunjukkan pada setiap hamba-Nya yang beriman, yang memeluk agama Islam. Namun, apakah kita hanya mempergunakan sedikit dari pedoman Allah ta’ala untuk hidup didunia ini? Adakah pedoman lain yang lebih baik dari dari wahyu Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah? Apakah itu perkataan manusia?
Ya Ukhti, adapun zaman sekarang ini adalah masa jahiliyah modern, seperti yang dituliskan oleh Muhammad Quthub dari Mesir. Dimana salah satu ciri-cirinya, masyarakat yang memiliki sikap menjauh dari Allah. Yaitu ketika menimbang sesuatu hal, Allah bukanlah menjadi prioritas yang utama. Na’udzubillah! Seperti inikah kita?
Ya ukhti, apakah yang menjadi minoritas kala menjalankan syari’at Allah akan tertindas di tengah mayoritas masyarakat? Karena mereka justru menjadi sangat berbeda dan terasing. Demi Allah! Tidak saudaraku! Mereka justru merasakan kenikmatan yang luar biasa sangat indah, yang tidak akan pernah dirasakan oleh manusia manapun. Hanya mereka sendiri yang akan merasakannya. Hanya mereka sendiri yang bisa menggambarkannya. Subhanallah!
Ya Ukhti, kenalilah agama Islam yang dirahmati, serta diberkahi oleh Allah ini secara kaffah, secara menyeluruh. Mari kita belajar dari segala aspek mengenai agama yang telah Allah Ta’ala berikan kepada kita. Sungguh! Kita tidak akan pernah merugi mengikuti millah atau ajaran Nabi Ibrahim. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.” (al-Mumtahanah [60] :4)
Ya ukhti, takutlah kita kepada Allah Ta’ala. Takutlah akan segala adzab yang akan kita dapatkan, sesuai dengan apa yang telah kita perbuat didunia yang sementara ini. Bukan takut karena penilaian yang keluar dari setiap pembicaraan manusia yang hina, yang tidak pernah lepas dari bisikan syaitan yang terkutuk, yang justru bisa menjerumuskan kita kedalam neraka jahim. Sesungguhnya hanya Allah yang akan memberikan balasan setiap perbuatan yang telah kita lakukan.
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (al-Bayyinah [98] : 8)
Wallahua’lam bisshowab

0 komentar:

Posting Komentar