Dasar keluarga yang tentram dan berhasil
Azza Jamilah untuk Al-Mustaqbal Channel
Berikut rangkuman sebuah bab yang
berjudul “Landasan Pernikahan Yang Berhasil” dari sebuah buku yang
sesungguhnya bahasan pokoknya tentang keberadaan wanita. Dari bab-bab
yang tertulis di buku, dipilih beberapa saja yang terasa pas dan berikut
adalah poin-poin dari kehidupan pernikahan yang menurut penulisnya akan
mengantarkan kepada keberhasilan sebuah pernikahan. Insya Allah!
Kehadiran (keberadaan)
Secara sederhana bisa kita katakan,
bahwa keberadaan atau kehadiran termasuk salah satu unsur suksesnya
rumah tangga. Sebaliknya, ketidak hadiran terkadang menjadi penyebab
hancurnya sebuah pernikahan. Misalnya seorang suami mengatakan ; “Saya
tidak melihatnya berada di rumah, setiap kali saya pulang kerja saya
tidak mendapatinya.” Atau seorang istri mengatakan ; “Ia tidak tahu
rumah kecuali saat akan tidur.”
Gaya hidup modern selalu dipenuhi dengan
berbagai alasan “logis” yang mendasari banyaknya ketidak hadiran istri
atau suami di rumah, namun jika menginginkan pernikahan itu berhasil dan
tetap bertahan, maka hendaknya kedua suami isteri itu menyeleksi
alasan-alasan tersebut sebelumnya dan mengevaluasi sesudahnya. Jika
tidak, maka rumah hanya akan menjadi tempat tidur atau stasiun untuk
transit merubah diri (berhias, ganti pakaian) sebelum berpindah ke
stasiun berikutnya. Saat itulah peristiwa yang tidak diinginkan tengah
mengincar, sebab pernikahan yang sukses menuntut kehadiran keduanya.
Komunikasi
Keluhan kedua yang sering dilontarkan
baik oleh para suami maupun istri, bahwa pasangan mereka jarang
membicarakan suatu urusan. Ini merupakan keluhan yang banyak terjadi
dewasa ini. Penyebabnya adalah bahwa pasangan itu jarang duduk bersama
untuk berkomunikasi membicarakan sesuatu dalam waktu yang cukup, kecuali
hanya beberapa saja di siang hari. Kadang terjadi hanya sedikit sekali
di sela-sela sarapan, atau hanya merupakan komentar-komentar ringan di
sela-sela acara televisi atau membaca koran. Kemudian ketika
bersiap-siap hendak tidur, percakapan pun hanya sedikit sekali yang
terlontar pada kesempatan ini.
Yang dimaksud percakapan di sini bukan
sekedar tukar informasi mengenai situasi atau anak-anak ataupun
kesibukan pekerjaan, akan tetapi maksudnya adalah agar teman hidup itu
memperhatikan segala sesuatu yang ada dalam kehidupan pasangannya ;
naluri, fisik dan pengetahuan. Keberadaan pasangan suami-istri di bawah
satu atap bukan jaminan keduanya akan saling memperhatikan kehidupan
pasangannya, perhatian ini menuntut adanya komunikasi kedua belah pihak.
Perhatian adalah seni moral. Seni ini
maksudnya adalah membaca bahasa mata yang tidak terbaca, melihat kondisi
fisik ketika berbicara, seperti naik turunnya pundak atau lentingan
suara yang dilontarkan, maksudnya ialah menikmati. Adakalanya seorang
suami mengatakan bahwa ia merasa sangat senang ketika disambut oleh
istrinya saat ia pulang kerja dengan menanyakan kondisinya dan juga
sebaliknya. Namun dibalik ungkapan “sangat senang” ini terkadang suami
menyembunyikan sakit yang tersembunyi yang diketahui istrinya dari
lentingan suaranya, lalu segera menenangkannya. Adakalanya pula suami
sedang hanyut terbaca bacaan koran atau majalah, tiba-tiba istrinya
menceritakan kisah yang dialaminya tadi pagi, penuh semangat dan
percaya diri, kadang istrinya berbicara dengan pelan (setengah
berbisik), sementara sang suami tetap memperhatikannya walau sedikit,
karena tetap tidak terlepas sepenuhnya dari bacaannya pada saat yang
bersamaan. Sebenarnya, baik suami maupun istri, sama-sama membutuhkan
orang yang ikut merasakan perasaannya. Bukan hanya anak-anak, tapi kita
semua, besar maupun kecil, sama-sama membutuhkan itu dari waktu ke
waktu. Tidak ada jalan untuk mengungkap perkara yang tersembunyi di
balik lentingan suara kecuali dengan memperhatikan.
Sentuhan
Sangat sedikit sekali situasi yang
mendorong suami istri kepada sentuhan untuk mengungkapkan kasih sayang
yang tulus. Sentuhan di sini maksudnya bukan seks, akan tetapi sekedar
sentuhan halus dengan tangan, misalnya dengan mendekatkan tempat duduk
kepada pasangan hidup, lalu meraih tangannya dan mengelusnya sesaat atau
lebih lama sedikit untuk mengingatkannya bahwa di sini, di rumah ini,
dialah yang merasakan perasaannya.
Hubungan antara fisik ini jarang terjadi
antara pasangan suami istri kecuali di tempat tidur. Maka tidak heran
jika kita melihat adanya jarak yang jauh antara keduanya.
Simpati
Seorang manusia, pria maupun wanita,
untuk menjadikan dirinya titik perhatian pasangan hidupnya memerlukan
suatu kekuatan pikiran dan lompatan imajinasi. Sebab, keyakinan bahwa
ada seseorang yang mengetahui segala sesuatu pada dirinya dan selalu
ikut merasakan bersama semua perasaannya adalah merupakan kenikmatan
sejati dalam kehidupan suami-istri.
Simpati menuntut pasangan hidup untuk
menempatkan dirinya beberapa saat pada posisinya dan berusaha merasakan
perasaan-perasaan yang mengalirinya dengan keluhan yang didengarnya.
Dengan cara ini seorang pasangan hidup bisa menentukan sikap dengan
melandaskan pada apa yang dilihat dan didengar, dan dengan cara ini pula
ia bisa tenteram dari rongrongan pasangan dan terlepas dari kucuran
nasehatnya.
Komitmen
Perasaan timbal balik dengan komitmen
didahului oleh semua perasaan-perasaan lainnya dalam kehidupan suami
istri yang berhasil. Namun sayangnya, perasaan ini telah melemah antara
pasangan suami-istri di masa kita sekarang, boleh jadi ini pangkal
penyebab bertambahnya angka perceraian.
Komitmen seseorang di sini maksudnya
ialah menyerahkan diri kepada pasangan hidupnya tanpa ragu-ragu, karena
pernikahan adalah ikatan suci dimana seseorang tidak dapat berlaku
curang untuk meraih keberhasilan. Jika ada yang berusaha curang, maka
sikap ini akan menolak lahirnya nilai yang luhur dari dirinya.
Komitmen yang mendalam adalah pondasi sudut bangunan dalam hubungan suami-istri yang sukses dan berhasil.
Kompeten
Setiap pasangan hidup suami istri pasti
membutuhkan kehidupan pasangannya, sebab segala sesuatu yang
diusahakannya dalam kehidupannya, termasuk kekuatan pribadi, kepemilikan
, idealisme dan keahliannya telah dimasukkan ke dalam lingkup keluarga.
Banyak suami yang mendapati istrinya memiliki keahlian yang tidak
diketahui sebelumnya, demikian juga istri terkadang mendapati suaminya
menyampaikan bebagai hal baik (yang belum dia lihat sebelumnya).
Dalam situasi seperti ini, kebahagiaan
suami-istri adalah dengan peningkatan dalam pekerjaan atau sejenisnya
yang merupakan sumber kebahagiaan dan kebanggaan pasangannya. Di sini,
masing-masing suami-istri merasakan bahwa statusnya di rumah diakui.
Sumber ; Maa Yuhibbuhur-Rijaalu fin-Nisaa’, Penulis ; Ayidah Ahmad Shalal. Penerbit ; Daar Al-Tharabisyi.
Sumber : Al-Mustaqbal Channel
0 komentar:
Posting Komentar